Ada beberapa predikat pahlawan
yang disandang, mulai dari pahlawan nasional yang telah berjuang demi
merdekanya negara tercinta ini, kemudian pahlawan tanpa tanda jasa yang
diberikan kepada para guru yang telah meletakkan dasar pendidikan bagi kita.
Adapula, pahlawan devisa untuk menyebut para buruh imigran yang berjuang di
negara orang untuk berjuang memperbaiki nasib diri dan keluarganya. Dari
istilah pahlawan inilah, kita mendapati bahwa ternyata ada banyak pahlawan di
sekitar kita. Bahkan mungkin diri sendiri, seorang bapak menjadi pahlawan bagi
istri dan anak-anaknya, seorang anak yang dengan kelucuannya menjadi pahlawan
bagi keluarga besarnya. Seorang ibu juga menjadi pahlawan bagi perkembangan
kualitas dari anak-anak, karena ia menjadi sosok ibu yang mendidiknya di
keluarga.
Jadilah pahlawan untuk dirimu
sendiri, itu lebih murah dari harga tiket bioskop. Sebegitu murahkah harga
sorang pahlawan? Tidak. Ungkapan Douglas Horton, seorang akademis dan Toko
Keagamaan Amerika Serikat, itu bukan hendak merendahkan “harga” seorang
pahlawan. Tetapi ia ingin menggambarkan bahwa siapapun bisa jadi pahlawan,
minimal untuk dirinya sendiri. Modalnya cuman kemauan.
Kita sering terbelenggu dalam
kondisi dimana kita merasa tak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Sebegitu dalamnya perasaan tak mampu itu, sampai-sampai beranggapan
bahwa hanya seorang pahlawan yang bisa menyelamatkan kita dari himpitan
tersebut. Padahal sering kali masalahnya hanya karena kita tak berani melakukan
sesuatu dan takut menerima konsekuensinya. Akibatnya kita selalu berada dalam
posisi menunggu, terus menunggu hingga perubahan nasib pun tak kunjung tiba.
Sebenarnya kemampun manusia untuk
mengatasi masalah sendiri itu begitu besar dan luar biasa. Bahkan sering tak
terbayangkan. Kenapa orang bisa seberani itu dan bersakit-sakitan demi
menyelamatkan dirinya sendiri?
Jika Anda adalah peggemar
sepakbola maka Andre Vilas Boas (AVB) bukan orang yang asing. AVB sejatinya
bukan pemain sepak bola, tapi berhasil menjadi pelatih sepakbola yang hebat di
daratan Eropa. Cerita berawal ketika AVB melakukan perdebatan mengenai strategi
sepak bola dengan Sir Bobby Robson (ketika melatih Club FC Porto, klub sepak
bola papan atas di Portugal), setelah mendengar argumen dari AVB, Bobby Robson
terkesan dan akhirnya mengundang AVB ke Departemen observasi FC Porto. Kemudian
anak muda itu ditawari untuk mengikuti kepelatihanan di Skotlandia. Kesempatan
itu tak disia-siakan oleh AVB, akhirnya AVB memiliki lisensi kepelatihan baik
lisensi kepelatihan B ataupun lisensi kepelatihan A. Bahkan ketiak AVB masih
berumur 17 tahun, sudah menjadi pelatih Timnas British Virgin Island, negara
bagian di kepulauan Karibia pada tahun 1999.
Karir AVB naik menjadi pelatih
tim junior FC Porto dan ketika Jose Mourinho/Mou (pelatih Real Madrid sekarang)
menjadi manajer FC Porto, AVB diangkat menjadi asistennya, bahkan ketika Mou
pindah ke Chelsea, AVB diikutsertakan sebagai asistennya. Tidak mau menjadi
bayang-bayang Mou, AVB memutuskan untuk merintis menjadi pelatih kepala dengan
menangani salah satu klub tertua di Portugal, Academica (2009-2010). Setahun
kemudian (2010-2011) menjadi pelatih kepala (manajer) di FC Porto. Saat di FC
Porto, inilah yang mencenangkan jagat sepakbola dunia, karena meski masih muda
dan tak pernah menjadi pemain profesional, AVB membawa FC Porto menjadi juara
Portuguese Supercup, juara liga Portugal dan juara liga Eropa (treble winner).
Hingga akhirnya AVB diboyong ke Chelsea, sayang di Chelsea prestasinya tidak
terlalu menawan dan akhirnya dipecat dan kini menangani tim lain di liga
Inggris yakni Tottenham Hotspur, dimana sampai awal bulan maret tahun 2013,
membawa Tottenham Hotspur menduduki peringkat ke tiga klasmen sementara.
Melalui cerita di atas menunjukan
bahwa sorang amatir yang tak pernah menjadi pemain sepakbola bermimpi menjadi
pelatih hebat, akan tampak seperti lelucun. Jika ada yang melakukannya maka ia
layak dianggap menjadi “Pahlawan” sebagai pendobrak tradisi itu, sekaligus
membuka pintu baru bagi mereka yang hanya mengejar kursi palatih profesional
tanpa perlu terlebih dahulu menjadi pemain profesional, maka AVB ada salah
satunya.
Contoh teladan lainnya datang
dari seorang anak SD yang bernama Sinar, siswi SD Tondo Pata, Polewali Mandar,
Sulawesi Selatan. Sinar harus mengurus ibunya yang lumpuh karena terjatuh.
Semenjak sudara-sudaranya merantau dan ayahnya mencari pekerjaan di Malaysia,
praktis Ia tinggal berdua dengan ibunya, Murni yang tak berdaya. Setiap hari
Sinar membantu ibunya makan, minum, dan menyeretnya ke kamar mandi dan buang
air. Ia juga memasak untuk mereka berdua, namun anak itu lulus melakukanya.
Pada cerita ini menunjukan bahwa
tidak perlu menunggu kondisi yang ekstrim untuk menjadi seorang pahlawan.
Sering kali tantangan amat besar itu justru dibutuhkan untuk menolong keluarga
kita sendiri.
Ada cerita yang mengharukan lagi,
berasal dari negara Paman Sam, dimana seorang nenek yang bernama Cindy Reutzel
(52 tahun) berhasil menjadi Pahlawan bagi anaknya Emily Jordan (32 tahun) yang
sudah menikah. Pada tahun 2010, Emily divonis oleh dokter terkena kanker
serviks (leher rahim). Emily dan suaminya mencari banyak cara untuk melakukan
pengobatan, namun tidak mendapat solusi yang tepat, akhirnya diputuskan untuk
melakukan operasi pengangkatan rahim. Namun ketika akan dilakukan operasi,
ternyata Emily hamil, kondisi ini membuat keduanya harus berpikir lebih keras,
jika dilakukan pengangkatan, maka kesempatan untuk mempunyai anak tidak akan
terjadi, jika tidak dilakukan, maka akan membahayakan nyawa Emily sendiri. Terpikir
oleh mereka berdua untuk meminjam rahim, bahkan sempat dibicarakan. Pembicaraan
mereka ini terdengar sampai di telinga sang ibu Emily, Reutzel. Reutzel
kemudian bersedia, untuk dipinjam rahimnya, padahal umur dia waktu sudah 52
tahun, dan bisa dibayangkan. Dengan segala resiko akhirnya mereka sepakat, dan
setelah melalui beberapa rangkaian tes, Reutzel diputuskan bisa mengandung
cucunya. Kemudian operasi dijalankan baik itu operasi implantasi janin, dan
juga operasi pengangkatan rahim. Semua berjalan dengan lancar, akhirnya pada
tanggal 30 Agustus 2012, Reutzel melahirkan cucunya, seorang bayi perempuan.
Memang janggal, seorang nenek melahirkan cucu, tetapi itulah kenyataannya. Bagi
Emily, Mike dan sang cucu yang diberi nama Elle Cynthia Jordan, Reutzel adalah
pahlawan bagi mereka.
Kisah ini mungkin biasa, mengenai
hubungan antar anggota keluarga. Tetapi menjadi luar biasa karena ada tindakan
heroik yang belum tentu orang lain melakukannya. Apakah kita bisa melakukan hal
seperti itu, melakukan sesuatu hal yang berani dan heroik demi menolong,
katakanlah, diri sendiri, keluarga, lingkungan atau lainnya.?
Mungkin ada cerita-cerita lain
yang lebih menarik di sekitar kita, bahkan sejarah para pahlawan yang telah
gugur. Intinya adalah mari kita tumbuh kembangkan jiwa pahlawan dalam diri.
Agar setiap hari, setiap saat, setiap waktu, kita menjadi insan yang luar biasa
yang bersama-sama mampu membangun negeri, layaknya pahlawan perjuangan yang
telah gugur di medan laga.
Salam Sukses
Note: Tulisan ini disadur dari
Majalah Motivasi LUAR BIASA Edisi November 2012 “You Are the Hero” Pendiri:
Bapak Andrie Wongso (Motivator)
Semoga bermanfaat bagi kita
semua, untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik.
Komentar